Gak
perlu saya ceritakan secara detail, tapi yang udah dia lakuin, cukup membuat
saya merasa gagal, buruk dan tidak berguna sebagai istri dan ibu.
2minggu
ini anak saya terus2an bicara dan bertanya yang saya bingung harus jawab apa,
“bunda,
kenapa ayah bilang gak pulang lagi?”
“bunda,
ayah nanti kalo udah ada uang, pulang kesini kan?”
“bunda
marahan sm ayah sih, mangkanya ayah gak mau pulang!”
“bunda
gak boleh gt, ayah aku itu kan baik.. bunda jahat!”
“kakak
kangen bgt bun sama ayah, kenapa ayah gak telvon2 aku?”
“bunda
sayang gak sama ayah? Kenapa ayah gak disuruh pulang bun?”
“bunda,
ayah gak perduli ya sama kakak? :’( “
“bunda,
tante R*** itu siapa? Kenapa dia bawa ayah aku?”
“setiap
hari kakak nungguin ayah, tp ayah gak dateng2 bun :( “
Cuma
itu aja yg bolak balik ditanya anak aku, kalo dia bicara begitu sambil nangis,
aku cuma bs nangis dalem hati, gak akan aku tunjukin ke dia kalo aku pun sedih,
pedih bgt denger anak aku ngomong gitu.
Rasa
yang aku rasain sekarang adalah perasaan kecewa dan sedih. Kenapa harus begini?
Demi
menjaga nama baik keluarga mereka, kami yang harus menahan perasaan seperti
ini.
Dampak
kedepan untuk anak aku yang aku sendiri gak tau seperti apa, slalu jd
kekhawatiran nomor satu.
Setiap
rasa ini akan slalu aku ingat, untuk meyakinkan bahwa “Yang sanggup
menghancurkan dan menyakiti kita adalah dia yang paling kita percaya dan paling
kita sayang.”.